<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/37684113?origin\x3dhttp://djaya4indonesie.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Sunday, July 22, 2007

Mendadak dangdut, semangat musik kampung dari Rudy Sujarwo






Film dengan tema yang sederhana, tapi berisi. Seperti halnya mengejar matahari, film ini memang realisasi ego dan idealisme sang sutradara Rudi Sujarwo. Aku yakin. Idenya sangat orisinil,khas seorang Rudy. Bagaimana perempuan di mata dia, bagaimana nasib tenaga kerja perempuan yang antara pengorbanan dan realitas begitu jauhnya (disiksa majikan dan diakali sama raja copet petugas bandara), secara khusus Rudy ingin berbicara tentang orang pinggiran, ia ingin menampilkan orang pinggiran. Meskipun itu bukan tema utama, tapi bukankah dangdut sendiri merupakan simbol golongan masyarakat kelas bawah ?




Sujarwo ingin melakukan sesuatu untuk mereka, bukan bantuan berupa mi instan atau uang recehan , tapi sesuatu yang lebih dari itu. Menurut dia (aku juga) orang pinggiran dan pembantu layak nongol di film. Bukan hanya kehidupan mewah orang tajir, generasi MTV, lagu pop atau semacamnya. Jadi lagu dangdut, yang selama ini dicap kampungan pun layak menjadi judul sebuah film , Mendadak Dangdut !!




Orang dilahirkan sama, katanya. Scene tentang si Kipli (aduh, siapa sih nama dia di film ini ?) yang suka melihat Titi Kamal un peu pervers, dan bilang « susu mpok yahud deh », sebaiknya dilihat dari kaca mata yang lebih bijaksana. Ibunya TKW, dari kecil dia sudah ditinggal, jadi ada semacam kerinduan akan hadirnya sosok ibu lewat wujud « susu » si Titi Kamal, bener ga sih ? J’aime bien cette scene là, comique mais c’est évident.




Ngomong-ngomong lagu soundtrack di film ini juga…menarik sekali, dan ngga salah kalo tiba-tiba dihafal banyak orang, lai lai lai , panggil aku si jablai, abang jarang pulang, aku jarang dibelai…